Pada Mulanya
Awal mula cerita ini berasal dariTemanggung sekitar pertengahan November 1973. Sukowati seorang pemudi berusia 23 tahun anak tunggal namun Ayahnya baru saja meninggal satu bulan yang lalu. Sedangkan Ibunya sudah meninggal lebih dahulu ketika Wati berusia delapan tahun. Sekarang Wati tinggal bersama neneknya dari kecil. Bapak dan ibu keluarga Wati memang tinggal dengan neneknya karena ibu what ini juga anak tunggal maka sudah pasti kalau Wati ini adalah cucu satu-satunya.
Walaupun kini Wati adalah yatim piatu tapi dia masih beruntung karena masih mempunyai neneknya dan ternyata What ini juga berasal dari keluarga yang cukup berada. Menurut saksi, Wati adalah bunga desa di daerahnya. Selain cantik Wati juga dinilai Sebagai pribadi yang cerdas ramah religius dan juga santun. Tahun itu Wati baru aja lulus SMA setelah lulus Wati langsung bekerja di Kantor Kelurahan Desa tempat ia tinggal. Sepeninggal ayah dan ibunya Wati sempat dilamar beberapa kali oleh pemuda baik dari tetangganya sampai ke kota dari orang kaya sampai orang biasa, tapi semua lamarannya ia tolak. Padahal sang nenek berharap ada yang segera menopang Wati jikalau neneknya nanti tiada.
Kisah Cinta dan Lawan Politik
Orang-orang tahu pada saat itu Wati punya hubungan khusus dengan Bondan sejak saat SMA. Padahal neneknya tidak setuju dengan hubungan itu walaupun Bondan ini anak orang kaya tapi ya terkenal dengan urakan dan juga kasar. Tapi mereka malah menjalin hubungan dengan diam-diam. Padahal Ayah Bondan juga tidak setuju dengan hubungan itu. Jadi dulu kakek Wati dan kakek Bondan pernah jadi lawan politik, yaitu sama-sama calon lurah di desa tersebut. Hingga akhirnya kakek wati yang menjadi pemenang saat itu. Kakek Bondan yang kalah merasa dicurangi dan seakan-akan dendamnya diwariskan kepada cucunya. Intinya yang mana seperti kebiasaan orang Jawa kuno kalau udah berucap pantang untuk tinggal kira-kira seperti itu. Hubungan asmara antara Bondan Wati semakin menjadi.
DIkhianati
Saat itu Wati sudah mulai kekurangan harus bekerja sendiri karena ia menghidupi sang nenek yang mulai sakit-sakitan. Akan tetapi di akhir tahun 1974 Bondan malah menikah dengan wanita lain. Wati sebenarmya udah tahu masalah Perjodohan Bondan dengan wanita ini tapi Bondan pernah berjanji kepada Wati bahwa ia tidak akan menikah dengan wanita lain selain Wati. Sebenarnya masalahnya nggak sesimpel itu. Tapi konon katanya Wati sedang hamil saat itu warga gak pernah lihat Wati lagi sejak pernikahan Bondan. Wati juga udah enggak bekerja lagi dan beberapa bulan kemudian di pertengahan 1975 warga menemukan Wati gantung diri di kamarnya.
Jasad Wati baru ditemukan setelah beberapa hari itu juga karena ada tetangga yang lagi pengen jenguk nenek Wati. Sang tetangga awalnya berpikir Mengapa nenek tidak pernah terlihat sedang berjemur lagi dan juga Wati yang tidak pernah kelihatan. Sang tetangga akhirnya pun berbasa-basi untuk menengok nenek Wati. Rumah diketuk namun tidak ada jawaban. Tapi karena dari depan rumah tercium bau yang sangat busuk makanya dia urung mungkin karena takut akhirnya dia kembali dan mengajak beberapa warga untuk segera masuk.
Kaget dan Tak Percaya
Karena pintunya tak terkunci langsung saja warga masuk dan langsung menuju kamar nenek Wati. Saat salah satu warga masuk sebut saja pusantren nenek Wati seperti ingin terperanjat dari ranjangnya. Sambil menggerakkan jarinya berkata tetapi tidak jelas. Nenek Wati hanya menangis-nangis sambil terus menunjuk nunjuk ke kamar sebelah yaitu kamar Wati. Bu Santi segera keluar dan ternyata beberapa warga berusaha membuka kamar Wati yang terkunci.
Bau busuk semakin menyengat dan tidak lama pintu berhasil dibuka dan benar saja terlihat kalau wati sudah gantung diri dengan kain sarung yang dikaitkan ke kayu penopang atap. Jasadnya sudah menggelembung mengeluarkan cairan dan perutnya terlihat seperti orang hamil yang dan cukup besar. Melihat kejadian itu maka Geger lah satu Desa pada waktu itu. Sang bunga desa ditemukan tewas gantung diri. Setelah jenazah dimakamkan barulah kejadian-kejadian seram terjadi Desa menjadi mencekam dan kebanyakan warga Bahkan tak berani keluar setelah maghrib.
Teror di Desa
Tiga hari setelah kematian Wati banyak warga yang bersaksi melihat pocong yang mereka yakini itu adalah Sukowati. Salah satunya adalah Dedi. Jadi waktu itu tiga hari setelah kematian Wati sekitar pertengahan tahun 1975 listrik di desa itu belum merata, si Dedi ini Kebetulan listriknya gabung dengan rumah Pak Karwo jadi satu meteran listrik dibagi untuk tiga rumah-rumah Dedi pak Karwo dan satu tetangga lainnya, karena keadaannya yang masih minim Jadi mereka cuman gabung sampai jam 09.00 sisanya pakai lampu minyak. Nah jadi kalian udah bisa bayangin kan pencahayaan di depan jalan rumah Dedi.
Hingga akhirnya pada suatu hari Dedi terbangun sekitar jam 12.00 karena ingin buang air besar. Dedi enggak pengen keluar rumah karena dulu tidak semua rumah punya jamban, jadi dia harus jalan kira-kira sekitar 50 meter bbarulah pinggir Desa. Ia mau bagaimana lagi karena memang hasrat sudah tidak bisa dibendung karena sudah berada di ujung tanduk mau gak mau Dedi harus keluar menuju jamban sambil membawa senter. Setengah berlari Dedi menuju jamban, Sesampainya disana ternyata Dedi melihat ada Pak Sulam tetangganya. Rasa takut Deddy semakin berkurang.
Obrolan Tengah Malam di Jamban
Mereka pun jongkok saling membelakangi. Jadi jambannya ini ada tiga deret dimana di tengahnya kosong pak sulam di pojok juga penutupnya itu cuman sampai pinggul kalau lagi jongkok dan tidak beratap. Kayak zaman-zaman di desa pada umumnya lah.
Keadaan senyap dan diam saja, cuman terdengar suara isapan rokok, jatuhan bom bau dan bau tahi yang menyengat. Karena merasa sepi lalu Deddy pun mencoba mengajak ngobrol Pak sulam. "Wah jenengan kok berani banget ya Pak" kata dedi kepada pak sulam. Kemudian pak sulam menjawab "memangnya takut kenapa?" dengan cepat dedi menjawab "Mbak Wati Itu loh pak" anehnya pak sulam sama sekali tidak menjawab apa-apa.
Karena suasana yang semakin sunyi Deddy melihat ke arah kanannya kearah toilet pak sulam dan ternyata kosong tidak ada siapa-siapa. Karena Dedi sangat ketakutan Ia sampai lupa Apakah sudah cebok atau belum pada saat itu, karena ia langsung berlari menuju ke rumahnya dulu (gak usah dibayangkan ya bagaimana keadaannya..heheh).
Ketakutan Dedi
Sampai di depan rumah Dedi terpeleset jatuh dan saat ia sedang mencoba berdiri ia melihat Ada sesosok putih di depan rumah tetangganya. Awalnya Dedi mengira kalau itu adalah karung beras Tapi anehnya benda tersebut kerap menghantam pintu. Dedi mengambil senter dan mengarahkan kearah bedak tersebut dan ternyata itu adalah pocong tapi posisinya seperti setengah sujud full dan kepalanya.
Dedi langsung masuk ke rumah masuk kekamar pikirannya sangat kacau ia langsung menghidupkan 5 lampu minyak agar suasana menjadi sedikit terang. ia lantas menuju ke ranjang dan langsung menutupi dirinya dengan selimut. Suara hentakankeras itu masih ada tapi kelihatannya masih di rumah tetangga sebelah. Sampai beberapa saat kemudian suara itu mulai semakin jelas dan semakin keras. Sepertinya sekarang yang diketuk adalah pintu rumah Deddy. Ia semakin parno apalagi terdengar suara seperti orang yang dibungkam mulutnya. Suara tersebut bertahan kira-kira sekitar 10 menit hingga akhirnya pindah ke rumah Sebelah.
Seisi Desa Mulai Geger!
Keesokan harinya semua warga Geger. Mereka bersaksi pintu rumahnya diketuk oleh sesosok pocong ini diduga adalah Mba Sukowati. Masih ingetkah kalian sama neneknya Wati?. Jadi setelah 40 hari kematian Wati ini sang nenek menjadi sehat bugar bahkan sudah bisa sedikit jalan-jalan bicaranya mulai agak lancar. Jadi sepeninggal Wati si nenek ini diurus keperluannya oleh warga sekitar. Karena memang dulunya ini beliau cukup Dermawan dan juga baik makanya warga iba saling bekerjasama untuk mengurus keperluan si nenek.
Singkat cerita di suatu sore skitar jam lima Nenek sedang berjalan menggunakan tongkatnya dan menghampiri kerumunan warga yang sedang ngobrol-ngobrol di depan musholla sekarang. "Iya ada apa nih Wati pulang bawa bayi" kata nenek wati. Warga kebingungan dengan perkataan si nenek. "Ayo lihat kalau tidak percaya silahkan lihat sendiri!" lanjut nenek wati. Berkerumun lah warga yang penasaran ingin membuktikan omongan si nenek. Tapi setelah dilihat di situ ternyata tidak ada siapa-siapa. Tetapi warga tetap bergidik ngeri dikarenakan sang nenek ini ngotot bahwa cucunya yang udah mati bunuh diri itu kembali pulang kerumah dengan membawa bayi.
Mas Sarjono
Sebagian warga juga menganggap mungkin karena sang nenek saking kangennya dengan Sukowati makanya ia sampai berhalusinasi sedemikian rupa. Sampai Beberapa hari kemudian SarJono sesuai dengan namanya beliau adalah sarjana pendidikannya tinggi dan Ia tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti itu dan dia juga adalah orang yang paling ngotot kalau si nenek ini sudah gila dan berhalusinasi mengenai Sukowati.
Kejadiannya Sore hari menjelang magrib jadi Jono ini pulang dari desa sebelah naik sepeda ontelnya di jalan desa yang waktu itu sepi. Jono melihat ada wanita dari kejauhan berjalan di depannya. Pakainya menggunakan outfit batik dengan selendang seperti sedang menggendong bayi. Makin lama semakin mendekat tercium bau anyir dan ketika jono melihat dari belakang ia merasakan ada sesuatu yang janggal. Pakaian wanita tersebut terlihat basah namun merah sepeti darah. Betapa kagetnya Mas Sarjono hingga akhirnya ia menghentikan sepedanya. Sesaat sosok itu juga berhenti berjalan lalu membalikkan badannya dan tersenyum jahat lalu berkata "Mas!" kemudian sosok tersebut berjalan mundur cepat sekali hingga akhirnya ia hilang dicabut ujung desa. melihat hal tersebut Jono langsung lari meninggalkan sepedanya.
Setelah ia bertemu dengan warga, Jono bersumpah bahwa yang dilihat itu adalah Sukowati. Karena memang ia sangat hafal dengan tahi lalat dibawah matanya dan dia juga mengatakan kalau kejadian itu terjadi sangat cepat karena kejadian itulah maka mas sarjono mengubah cara berpikirnya dari yang tidak percaya menjadi sangat percaya.
Sukowati dan Bondan
Mari kita kembali ke nenek Sukowati. Jadi setiap beberapa hari sekali sang nenek ini sering menghampiri warga yang lagi ngobrol di sore hari dan dia kerap mengatakan kalau cucunya Sukowati kembali pulang kerumah dengan membawa bayi di kamarnya. Sang nenek bersaksi bahwa Sukowati benar-benar kembali pulang dan kejadian itu terus berlangsung hingga akhirnya sang nenek menghembuskan nafas terakhirnya. Setahun terakhir banyak warga yang bersaksi melihat hantu Sukowati dalam berbagai bentuk ada yang berbentuk pocong ada berbentuk wanita yang sedang menggunakan gown batik sambil menggendong bayi.
Akan tetapi sepertinya ada satu hal yang terlupakan yaitu Bondan mantan kekasih Sukowati yang diduga menjadi penyebab Sukowati bunuh diri lantaran Ia menikah dengan wanita lain. Namun usia pernikahan Bondan dengan wanita itu justru tidak bertahan lama terlebih setelah Wati bunuh diri. Sukowati bunuh diri hanya selang beberapa bulan saja setelah Bondan menikah. Setelah kejadian itu ternyata hal-hal aneh kerap dialami oleh Bondan. Ia mendadak stres dan kerap mengamuk. Alhasil sang istri sepertinya tidak tahan dan akhirnya menceraikannya dengan usia pernikahannya yang tidak sampai satu tahun.
Dalam masa gilanya banyak warga yang sering melihat Bondan berbicara sendiri dimakam Sukowati. Kadang menangis tubuhnya juga menjadi kurus kering dan keluarganya sendiri sudah mencoba berbagai cara mulai dari rumah sakit jiwa sampai orang pintar namun tidak ada perkembangan. Bahkan pernah disuatu malam Bondan berlari mengelilingi Desa sambil berteriak "Wati Wati Aku Melu Wati aku melu"
Pak Narso narasumber dari cerita ini pernah melihat Bondan duduk didepan makam Sukowati. Bondan menggaruk kepalanya sampai berdarah mungkin karena kulit kepalanya mengelupas dan dia juga sambil tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang menyebabkan Bondan menjadi gila tapi warga merasa kalau itu ada hubungannya dengan kejadian Sukowati. Mungkin saja Bondan ini merasa terlalu bersalah dengan bunuh dirinya Sukowati. Awal tahun 1975 Bondan ini semakin menjadi-jadi dan juga semakin meresahkan. Karena keluarganya yang mungkin saja malu terhadap Bondan akhirnya ia dipasung atau dikurung kurang lebih satu setengah tahun.
Barulah di tahun-tahun berikutnya Bondan dibiarkan berbaur. Tapi yang pasti penyebab kegilaan Bondan ini belum pernah diketahui walau sebagian warga mengatakan itu karena Sukowati tapi memang Bondan tidak pernah benar-benar sembuh biar tetap linglung hingga akhir hayatnya bondan meninggal di usia 64 tahun. Entah kebetulan atau tidak tapi yang jelas Bondan meninggal dengan cara gantung diri.
Itu dia sebuah kisah yang luar biasa sekali dimana akhir kisah ini menjadi tragis untuk keduanya. Sebuah hubungan terlarang putus cinta dan kemudian memutuskan untuk melakukan bunuh diri.
Semoga kisah ini dapat dijadikan pelajaran untuk kita semua di mana bunuh diri bukanlah sebuah solusi yang baik dalam permasalahan apalagi di dalam ajaran agama kita mengajarkan untuk tidak melakukan bunuh diri.