Light Articles. Read Now!

Table of Content

Kebohongan Yang Sempurna Episode 5

Masdoly-Melati melangkah maju, meskipun Julius mencoba menahannya dengan tangan. "Siapa kamu sebenarnya? Apa hubunganmu dengan keluarga Arkana?"

Kebohongan Yang Sempurna

Jejak di Balik Jubah Hitam

Aula bawah tanah terasa semakin dingin ketika sosok berjubah hitam dengan topeng putih itu melangkah maju. Suara langkahnya menggema, menyatu dengan detak jantung Adrian yang semakin cepat. Julius, dengan pistol terangkat, tetap membeku di tempatnya. Melati, di sisi lain, tampak mencoba menganalisis situasi dengan cermat.

"Apa maksudmu dengan 'kebohongan ini akan terungkap'?" tanya Melati, suaranya berusaha tegas meski tangannya gemetar.

Sosok itu berhenti, berdiri tegak di ujung meja kayu panjang. "Kalian sudah terlalu jauh," katanya dengan suara serak yang menggema, seolah berasal dari ruang di antara bayangan. "Keluarga Arkana telah menyembunyikan kebenaran ini terlalu lama. Saatnya membayar harga."

Melati melangkah maju, meskipun Julius mencoba menahannya dengan tangan. "Siapa kamu sebenarnya? Apa hubunganmu dengan keluarga Arkana?"

Sosok itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia mengangkat tangannya, memperlihatkan cincin dengan simbol mata yang sama seperti di pintu lorong tadi. Cincin itu berkilauan dalam cahaya redup, seolah menyimpan rahasia yang tak terucapkan.

Dalam sekejap, lampu-lampu di aula padam sepenuhnya, meninggalkan mereka dalam kegelapan pekat. Julius segera menyalakan senter kecilnya, memutar-mutar cahaya ke segala arah. Tetapi sosok itu sudah menghilang.

"Dia pergi!" kata Adrian, suaranya memecah kesunyian. "Bagaimana bisa dia menghilang begitu cepat?"

"Lorong ini penuh dengan rahasia," jawab Melati cepat, mengambil lilin ungu dari sakunya lagi. "Kita harus bergerak sebelum dia kembali."

Julius mengangguk. "Kita bawa peti itu. Apapun yang ada di dalamnya, itu pasti penting."

Dengan cepat, mereka bertiga bekerja sama untuk mengangkat peti kecil itu dari meja. Beratnya membuat mereka sadar bahwa isinya bukan sesuatu yang biasa. Julius memutuskan untuk membawa peti itu sendiri, sementara Melati memimpin jalan kembali ke lorong dengan lilin birunya menyala.

Di tengah perjalanan kembali ke lorong, Melati berhenti tiba-tiba. "Ada sesuatu yang aneh," katanya pelan. Ia meraba dinding batu di sebelahnya, menemukan ukiran baru yang sebelumnya tidak ia perhatikan.

Ukiran itu berupa peta sederhana dengan garis-garis melingkar yang berujung pada simbol mata. Di bawahnya, terdapat tulisan dalam bahasa Latin: "Veritas semper luceat."

"Kebenaran selalu bersinar," bisik Melati menerjemahkan. "Peta ini menunjukkan sesuatu... mungkin tempat lain di villa ini."

"Kita tidak punya waktu untuk teka-teki lagi," protes Adrian. "Sosok itu bisa kembali kapan saja!"

Namun Julius memandangi ukiran itu dengan seksama. "Melati, kau pikir peta ini menunjukkan lokasi sesuatu yang lebih besar dari peti ini?"

Melati mengangguk pelan. "Mungkin. Tapi kita harus mencari tahu lebih banyak tentang ukiran ini nanti. Sekarang, kita harus keluar dari lorong ini."

Ketika mereka akhirnya mencapai pintu keluar lorong, mereka menemukan hal yang tak mereka duga. Ruang tamu Villa Arcanum yang sebelumnya gelap kini diterangi oleh cahaya terang dari lilin-lilin yang tersebar di sekitarnya. Di tengah ruangan, sosok berjubah hitam itu berdiri lagi, kali ini tanpa topengnya.

Wajahnya adalah campuran antara kemarahan dan kelelahan, dengan bekas luka yang melintang di pipinya. Matanya menatap tajam ke arah mereka, terutama Melati.

"Kamu..." gumam Melati, matanya membelalak. "Aku pernah melihatmu di salah satu potret tua keluarga kami. Kamu... Felix Arkana."

Felix tersenyum tipis. "Aku adalah warisan yang ingin dilupakan keluargamu, Melati. Aku adalah kebenaran yang mereka kubur dalam-dalam. Tapi sekarang, waktunya telah tiba untuk mengungkap semuanya."

Adrian mundur selangkah, menyadari situasinya semakin berbahaya. "Apa yang kamu inginkan dari kami?"

"Bukan dari kalian," jawab Felix sambil menunjuk peti di tangan Julius. "Aku ingin itu. Peti itu berisi jawaban atas semua kebohongan yang telah merusak keluarga Arkana selama berabad-abad."

Julius mengangkat pistolnya lagi. "Dan apa yang akan terjadi jika kami tidak memberikannya padamu?"

Felix tertawa kecil. "Kalian tidak punya pilihan. Peti itu memiliki segel yang hanya bisa dibuka dengan darah keturunan Arkana. Jika kalian mencoba membukanya tanpa aku, isinya akan hancur."

Melati tampak bingung, tetapi ia mencoba mempertahankan ketenangannya. "Kalau begitu, kenapa kamu tidak membukanya sendiri sejak awal?"

Felix melangkah maju, wajahnya kini penuh emosi. "Karena aku tidak diizinkan masuk ke villa ini. Hanya keturunan langsung yang dapat melintasi batas perlindungan di tempat ini. Dan sekarang, kamu di sini. Kamu adalah kunci terakhir, Melati."

Ketegangan memuncak ketika pintu utama villa tiba-tiba terbuka oleh hembusan angin kencang. Hujan di luar masih deras, dan kilat menyambar, menerangi wajah Felix yang penuh dendam. Julius melirik Melati, mencoba mencari isyarat tentang langkah berikutnya.

"Kita buat kesepakatan," kata Melati akhirnya. "Aku akan membantumu membuka peti itu, tetapi kamu harus memberitahuku segalanya tentang kebohongan keluarga ini."

Felix tersenyum puas. "Kesepakatan yang bijak. Tapi berhati-hatilah, Melati. Kebohongan yang sempurna selalu memiliki harga yang harus dibayar."

Apa yang sebenarnya disembunyikan dalam peti itu? Dan bagaimana rahasia keluarga Arkana akan terungkap? Nantikan kelanjutannya di episode berikutnya!
Manusia biasa yang suka membaca, menulis dan berbagi

Posting Komentar