Light Articles. Read Now!

Table of Content

Kisah Kasih Tak Sampai - Cerpen Masdoly 2025

Aku adalah Maya, seorang gadis keturunan terakhir penyihir dari Neverland.
kisah kasih tak sampai

Bab 1: Awal Pertemuan

Sebelum semua itu terjadi, aku tidak pernah tahu bahwa cinta bisa datang dengan begitu berat. Sebelum aku mengenal Raka, aku merasa dunia ini begitu biasa, rutin, tanpa kejutan. Inilah kisahku......

Aku adalah Maya, seorang gadis keturunan terakhir penyihir dari Neverland. Aku bersekolah di sebuah desa yang tenang dan dikelilingi oleh pepohonan yang rindang sehingga membuat suasana SMA Negeri 1 Yojo menjadi nyaman dan damai.

Dengan rambut hitam panjang yang selalu terikat rapi, kulit sawo matang yang diwariskan dari nenekku, dan mata cokelat gelap yang menyimpan sejuta pertanyaan, aku lebih sering menjadi bagian dari bayangan di antara keramaian kelas.

Pagi itu, seperti biasa, aku datang lebih awal ke sekolah. Langit Yojo yang cerah membentang luas di atas lapangan sekolah, dengan pepohonan mangga dan rambutan yang tumbuh subur di pinggiran. Suara burung-burung yang menyambut fajar menambah kesan damai pada pagi yang sejuk ini. 

Di sudut lapangan, aku melihatnya pertama kali: Raka, si pemuda tampan dengan rambut hitam berantakan, mata biru terang yang jarang terlihat di antara siswa lain, dan senyuman tipis yang selalu berhasil membuatku terpesona.

Dia bukan siswa baru. Raka sudah lama di sekolah ini, namun kehadirannya baru benar-benar menarik perhatianku beberapa bulan terakhir. Mungkin karena dia selalu berjalan dengan percaya diri, seolah tidak ada yang bisa mengganggunya. Dia tinggi, dengan tubuh atletis, dan sering terlihat mengendarai motor antik C70 yang membuat banyak gadis di sekolah menatapnya dengan kagum. Namun, ada sesuatu yang berbeda di matanya, sesuatu yang selalu membuatku bertanya-tanya.

Hari itu, aku menemukan diriku berjalan lebih dekat dengan Raka, meskipun kami tidak pernah berbicara sebelumnya. Kami berdua menuju ruang kelas yang sama, dan aku merasakan detak jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Hey, Maya,” suara beratnya tiba-tiba mengganggu lamunanku.

Aku berhenti. Tidak ada yang pernah memanggilku seperti itu sebelumnya. Nama lengkapku jarang disebut di sekolah, jadi aku merasa sedikit kaget.

Aku menoleh dan melihatnya berdiri di hadapanku dengan senyuman yang semakin memikat. “Raka,” jawabku pelan, mencoba terlihat tidak canggung meski hatiku berdebar tak karuan.

"Kenapa nggak ikut aku ke kantin? Teman-teman aku lagi pada main bola. Aku butuh teman ngobrol."

Mungkin ini terlalu tiba-tiba, terlalu aneh, tetapi aku merasa seperti sedang terseret dalam pusaran perasaan yang tidak bisa kutahan. Aku mengangguk pelan.

Bab 2: Perasaan yang Tumbuh

Semakin sering aku menghabiskan waktu dengan Raka, semakin aku merasa terikat padanya. Ada sesuatu yang membuatku merasa nyaman saat bersamanya, sikapnya yang tenang, tatapannya yang dalam, dan cara dia mendengarkan setiap kata yang aku ucapkan, seolah aku adalah satu-satunya orang di dunia ini yang penting baginya. Kami mulai lebih sering makan siang bersama, berbicara tentang segala hal, dari musik, film, hingga kehidupan pribadi yang selama ini kami simpan rapat-rapat.

Namun, ada satu hal yang selalu mengganggu pikiranku: meskipun kami semakin dekat, aku merasa ada jarak yang tidak bisa dijembatani. Raka selalu tampak seperti menyimpan sesuatu, seperti ada bagian dari dirinya yang tak ingin aku ketahui. Dia jarang bercerita tentang keluarganya, dan saat aku mencoba menyelidiki masa lalunya, dia selalu mengalihkan pembicaraan.

Suatu sore yang mendung, setelah sekolah usai, aku menunggu Raka di depan gerbang sekolah. Seperti biasa, dia selalu mengantarku pulang. Namun, hari itu, dia tidak datang. Aku mulai khawatir dan mencoba menghubunginya lewat pesan, tetapi tak ada balasan. Ketika aku pulang ke rumah, aku menemukan sebuah pesan singkat dari Raka di ponselku.

"Maya, ada sesuatu yang perlu kamu tahu. Aku harus pergi dari Yojo. Aku minta maaf jika aku membuatmu bingung. Aku tidak bisa menjelaskan lebih lanjut, tapi aku harap kamu mengerti."

Ponselku jatuh dari tangan. Semua rasa yang sebelumnya tumbuh begitu indah dalam hatiku tiba-tiba hancur begitu saja. Aku tidak tahu harus merasa apa, kecewa, marah, atau hanya kebingungan yang mendalam.

Bab 3: Kepergian yang Tak Terduga

Beberapa hari berlalu, dan aku tak menerima kabar apapun dari Raka. Hari-hariku kembali normal, meskipun terasa kosong. Aku tidak bisa berhenti memikirkan dia. Kenapa dia pergi begitu saja? Apa yang sebenarnya terjadi?

Tiba-tiba, satu minggu kemudian, aku mendengar kabar yang mengejutkan. Raka terlibat dalam sebuah kecelakaan mobil. Berita itu terdengar seperti mimpi buruk, aku tidak bisa mempercayainya. Namun, ketika aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri di rumah sakit, aku tahu bahwa itu bukanlah sebuah kebetulan.

Raka terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dengan selang-selang medis terpasang di tubuhnya. Matanya tertutup rapat, dan wajahnya tampak pucat. Aku berdiri di samping tempat tidur, menahan tangis yang sudah hampir pecah.

"Tapi... kenapa?" Aku berbisik, meremas tangan Raka yang dingin. "Kenapa kamu pergi begitu saja?"

Suasana di ruang rumah sakit itu terasa begitu sunyi, dan aku merasa terperangkap dalam dunia yang penuh dengan kebingungannya. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi saat dokter masuk dan menjelaskan tentang kecelakaan tersebut, aku mendengar satu kalimat yang mengubah segalanya.

"Raka... adalah seorang vampire."

Pernyataan dokter itu mengguncang duniaku. Apa maksudnya? Vampire? Sejak kapan Raka... menjadi seperti itu? Dokter melanjutkan penjelasannya bahwa Raka adalah makhluk yang hidup abadi, dan bahwa ia terpaksa meninggalkan Jember untuk menjaga rahasia identitasnya. Kecelakaan itu terjadi saat ia mencoba mempertahankan identitasnya yang tersembunyi dari manusia biasa.

"Aku tidak ingin kamu terlibat dalam dunia yang berbahaya ini," kata dokter itu, yang ternyata juga seorang dokter yang mengetahui rahasia itu.

Bab 4: Sebuah Pilihan yang Berat

Hari-hari berikutnya aku terjebak dalam dilema besar. Aku harus memilih, terus hidup seperti biasa dan melupakan Raka, ataukah menerima kenyataan bahwa cintaku kepada seorang vampire tidak bisa diteruskan.

Akhirnya, dengan berat hati, aku memutuskan untuk pergi dari Yojo. Aku tahu, meskipun cinta itu kuat, aku harus melindungi diriku sendiri. Dunia kami terlalu berbeda, dan itu terlalu berbahaya.

Namun, saat aku berdiri di depan gerbang sekolah untuk terakhir kalinya, aku melihat sesosok tubuh yang sangat aku kenal, Raka. Dia berdiri di sana, menatapku dengan tatapan penuh penyesalan.

“Maya,” suara Raka terdengar serak, “Aku tidak ingin meninggalkanmu. Tapi aku harus melakukannya demi keselamatanmu.”

Aku terdiam, air mataku tak tertahankan lagi. "Aku tahu," jawabku pelan, "tapi aku harus pergi. Aku tidak bisa hidup dalam bayang-bayangmu."

Raka mendekat, dan dalam satu detik, dia menarikku dalam pelukannya. "Aku akan selalu mencintaimu, Maya. Bahkan jika kita tak pernah bersama."

Aku mengangguk, merasakan seluruh dunia runtuh di sekelilingku.

Bab 5: Kehilangan dan Kenangan

Aku meninggalkan Yojo dan kembali ke tempat asalku di Neverland, tetapi kenangan akan Raka tetap ada dalam hatiku. Setiap malam, sebelum tidur, aku akan menatap langit, berharap dia masih ada di sana, di tempat yang lebih jauh, menungguku di dunia yang berbeda. Cinta kami mungkin tak dapat bersatu, tetapi itu akan selalu menjadi kisah yang indah dalam hidupku, sebuah kisah kasih yang tak bisa dilupakan.

Manusia biasa yang suka membaca, menulis dan berbagi

Posting Komentar