Prolog:
Sore itu, langit mendung, mendekati senja, ketika Arief dan teman-temannya, Fajar dan Dika, memutuskan untuk menembus hutan Alas Roban. Terkenal sebagai salah satu kawasan hutan yang angker di Jawa Tengah, Alas Roban adalah hutan yang terletak di perbatasan Kabupaten Batang dan Pekalongan.
Berbagai cerita menyeramkan tentang tempat itu sudah beredar luas di masyarakat. Namun, mereka tetap nekat, membawa motor trail dan peralatan camping, seolah-olah tantangan tersebut hanya sebuah mitos.
Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan mereka alami malam itu.
Perjalanan Menuju Hutan
Arief selalu menjadi orang yang penasaran dengan hal-hal yang berbau misteri, apalagi yang berkaitan dengan cerita-cerita horor. Ia selalu percaya bahwa cerita-cerita mistis hanyalah mitos yang diciptakan oleh masyarakat untuk menakut-nakuti. “Buktikan saja,” katanya kepada Fajar dan Dika, yang awalnya ragu, namun akhirnya ikut serta.
Bagi mereka, Alas Roban adalah tempat yang dikenal dengan cerita-cerita seramnya: dari penampakan pocong hingga suara-suara aneh yang datang tanpa arah.
Hutan itu sendiri tampak begitu lebat. Pohon-pohon besar dengan cabang-cabang yang berkerut, seakan-akan menghalangi sinar matahari. Semakin mereka mendekati, semakin suasana terasa mencekam. Aroma tanah basah yang khas mulai menyelimuti udara, dan angin berdesir dengan suara yang aneh, seperti bisikan. Fajar, yang biasanya ceria, mulai merasakan kegelisahan. Namun, Dika yang lebih berani, malah tertawa kecil. "Apa yang kalian takutkan? Ini cuma hutan biasa," ujarnya sambil memacu motornya lebih cepat.
Namun, tak lama kemudian, jalanan mulai semakin menanjak. Motor mereka harus melewati jalan setapak yang berkelok dan berbatu, dan suasana menjadi semakin sunyi. Tidak ada rumah penduduk, hanya deretan pohon raksasa yang menghalangi pandangan.
Mereka sudah berada cukup dalam di dalam hutan yang luas ini, dan suasana semakin terasa aneh. Sesekali, mereka mendengar suara-suara yang tidak bisa dijelaskan laksana desiran angin yang lebih terdengar seperti bisikan halus di telinga.
Kehilangan Arah
Setelah beberapa jam berkendara, Arief dan teman-temannya akhirnya sampai di sebuah clearing kecil. Mereka memutuskan untuk berhenti dan mendirikan tenda di sana. Suasana hutan semakin kelam. Lampu kepala mereka hanya cukup menerangi sekeliling tenda, sedangkan di luar, kegelapan malam perlahan merayap.
Suara serangga dan burung malam mulai memenuhi udara, tetapi ada sesuatu yang berbeda kali ini. Suara itu terdengar lebih intens, seolah ada sesuatu yang sedang mengawasi mereka.
“Gila ya, sunyi banget di sini. Kayak nggak ada kehidupan lain selain kita,” kata Dika, mencoba mencairkan ketegangan. Namun, setiap langkah mereka ke luar dari tenda, ada perasaan yang tidak nyaman. Arief merasa seperti ada yang menatapnya dari kegelapan. Ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.
Namun, beberapa saat setelah itu, suara aneh terdengar. Seperti suara langkah kaki yang berat dan pelan, bergerak di antara pepohonan. Mereka menoleh, namun tidak melihat apa-apa. Semua kembali sunyi. Fajar yang mulai ketakutan, menyarankan agar mereka tidur lebih awal, tetapi Arief menolak.
Saat tengah malam, ketenangan itu akhirnya pecah. Tiba-tiba, salah satu motor mereka yang diletakkan di luar tenda, mulai bergerak sendiri. Tanpa ada angin, tanpa ada alasan yang jelas, motor itu terguling, seolah ditarik oleh tangan yang tak terlihat.
Mereka berlari keluar dan melihat motor itu terjatuh dengan posisi yang tidak mungkin bisa tercipta tanpa adanya campur tangan kekuatan lain.
Arief merasa ada yang aneh. "Ayo, kita pergi. Ini bukan tempat yang aman," katanya dengan nada cemas. Namun, Dika menolak, merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Misteri Alas Roban
Arief dan teman-temannya mulai merasa gelisah. Keanehan semakin intens. Tiba-tiba, terdengar suara tangisan dari dalam hutan. Bukan tangisan biasa, tangisan itu mengandung rasa sakit dan kesedihan yang mendalam. Fajar merasa tubuhnya merinding, dan Dika yang biasanya tenang, mulai terlihat cemas.
Mereka semua terdiam, hanya mendengarkan suara itu. Tiba-tiba, suara itu berhenti sejenak, lalu diikuti oleh suara langkah kaki yang berat dan lambat, semakin mendekat.
“Sudah, kita harus pergi,” kata Arief, suara hatinya mulai dipenuhi ketakutan yang tak bisa disembunyikan.
Mereka bergegas kembali menuju motor mereka, namun jalan yang mereka lalui seakan semakin berliku, tak mengenal arah. Tak peduli berapa kali mereka menoleh, hutan ini seolah tidak memberikan jalan keluar. Mereka terjebak dalam lingkaran kegelapan yang tak bisa mereka hindari.
Di tengah ketegangan, mereka melihat sosok samar di antara pepohonan. Seorang perempuan dengan rambut panjang terurai, berdiri diam. Matanya kosong, menatap mereka tanpa ekspresi. Tubuhnya seakan berbalut kabut tipis yang membuatnya tampak seperti penampakan dari dunia lain.
Fajar menjerit keras dan menarik Arief untuk mundur, tetapi sosok itu bergerak lebih cepat dari yang mereka duga. Matanya kini menatap lurus ke arah mereka, dan suara tangisan itu terdengar semakin keras, bercampur dengan bisikan yang tidak dapat mereka pahami.
Dika yang berani, mencoba untuk mendekat, namun sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, sosok itu menghilang dalam sekejap, meninggalkan mereka dalam kebingungan dan ketakutan yang semakin mendalam.
Kembali ke Dunia Nyata
Setelah malam yang penuh teror, akhirnya, pagi pun datang. Mereka yang terjaga semalaman, lelah dan terkejut dengan pengalaman aneh yang mereka alami, memutuskan untuk meninggalkan hutan tersebut. Namun, perjalanan mereka kembali ke jalan utama tidak semudah yang mereka kira. Mereka merasa seperti berputar-putar, kembali ke titik awal yang sama, meski sudah berjam-jam berjalan.
Akhirnya, dengan sisa tenaga yang ada, mereka menemukan jalan keluar. Begitu keluar dari Alas Roban, mereka merasa seperti terbebas dari sebuah cengkeraman yang tidak terlihat. Namun, perasaan tidak nyaman tetap membekas di dalam diri mereka.
Kisah mereka tentang malam itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Beberapa minggu kemudian, Arief mencoba mencari informasi lebih dalam mengenai hutan tersebut, dan ternyata, banyak orang yang pernah mengalaminya.
Mereka menemukan bahwa hutan Alas Roban dikenal sebagai tempat yang menjadi saksi bisu bagi banyak peristiwa mistis. Ada yang mengatakan bahwa hutan ini adalah tempat orang-orang yang hilang atau dibunuh tanpa jejak. Ada pula yang mengatakan bahwa hutan ini dihuni oleh makhluk-makhluk gaib yang tidak suka ada orang yang mengganggu mereka.
Namun, apa pun yang terjadi malam itu, yang jelas, Alas Roban tidak akan pernah bisa mereka lupakan. Hutan itu menyimpan misteri yang lebih besar dari sekadar cerita rakyat. Sesuatu yang tidak akan mereka pahami, selama hidup mereka.
Epilog
Sampai sekarang, Arief, Fajar, dan Dika masih tidak pernah kembali ke Alas Roban. Setiap kali mereka berbicara tentang pengalaman itu, mereka hanya saling menatap, mencoba mengerti apa yang sebenarnya mereka hadapi.
Namun, satu hal yang pasti: tidak ada yang berani lagi meremehkan cerita-cerita lama tentang hutan ini.
Alas Roban tetap menjadi misteri yang menunggu untuk diungkap, tapi hanya bagi mereka yang cukup berani... atau bodoh untuk mencari tahu.