Light Articles. Read Now!

Table of Content

Misteri Partitur Biola yang Hilang: Episode 1

Di tengah kota berdiri Akademi Musik Althea, sebuah institusi bergengsi yang telah melahirkan musisi-musisi hebat selama lebih dari seabad.

 

misteri partitur yang hilang

Kehilangan yang Mengguncang

Kota Althea adalah tempat yang memadukan pesona klasik dengan hiruk pikuk modern. Jalan-jalannya yang berbatu dikelilingi oleh bangunan tua bergaya Victoria, sementara sudut-sudutnya dihiasi oleh kafe kecil dengan aroma kopi yang menggoda. Di tengah kota berdiri Akademi Musik Althea, sebuah institusi bergengsi yang telah melahirkan musisi-musisi hebat selama lebih dari seabad.

Hari itu, suasana di akademi terasa lebih gaduh dari biasanya. Di lorong utama yang dihiasi lukisan-lukisan maestro musik, seorang wanita muda berambut pirang gelap berlari tergesa-gesa. Matanya membelalak panik, dan tangan gemetar menggenggam sebuah map kosong. Wanita itu adalah Adele Marquette, seorang mahasiswi berbakat yang dikenal sebagai pemain biola terbaik di generasinya.

“Apa yang terjadi, Lila?” tanya Profesor Robert Carthwell, seorang pria paruh baya dengan rambut keperakan dan sikap tenang yang biasanya mampu menenangkan siapa pun.

Adele terengah-engah sebelum menjawab, “Partitur milik Maestro Alderidge hilang, Profesor. Saya tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi!”

Ezra mengerutkan kening. Partitur yang dimaksud adalah karya terakhir dari Maestro Cornelius Alderidge, seorang komposer legendaris yang meninggal tiga dekade lalu. Partitur itu, yang diberi judul "Elegia Senja," merupakan komposisi yang belum pernah dimainkan di depan umum. Partitur tersebut disimpan dengan hati-hati di ruang arsip akademi, dan hanya beberapa orang yang memiliki akses ke sana.

“Kita harus segera menyelidiki,” kata Ezra dengan nada serius. “Ini bukan sekadar kehilangan biasa. Karya itu adalah warisan berharga bagi dunia musik.”

Ruang Arsip yang Misterius

Ezra dan Lila segera menuju ruang arsip, sebuah ruangan kecil di lantai tiga akademi. Pintu kayunya tua dan berderit ketika dibuka, memperlihatkan rak-rak tinggi yang penuh dengan naskah musik, buku-buku tua, dan dokumen berharga. Di sudut ruangan, ada sebuah brankas besi yang hanya bisa dibuka dengan kode kombinasi.

“Partitur itu disimpan di dalam sini,” kata Lila sambil menunjuk brankas tersebut. “Saya membukanya kemarin untuk memeriksa kondisinya, dan semuanya masih ada. Tapi pagi ini, ketika saya datang untuk mengambilnya, partitur itu sudah hilang.”

Ezra memeriksa brankas dengan cermat. Tidak ada tanda-tanda pembobolan, dan kode kombinasi hanya diketahui oleh Lila, Ezra, dan Kepala Akademi, Dr. Margot Wainwright.

“Apakah ada orang lain yang bisa saja mengetahui kodenya?” tanya Ezra sambil mengamati sekitar.

Lila menggeleng. “Tidak mungkin, Profesor. Saya selalu memastikan tidak ada yang melihat saat saya membuka brankas.”

Ezra terdiam sejenak, merenung. Jika tidak ada tanda-tanda pembobolan, maka pelakunya pasti seseorang yang memiliki akses langsung ke brankas atau tahu cara memanipulasi situasi.

Daftar Tersangka

Di ruang pertemuan kecil akademi, Ezra mengumpulkan beberapa orang yang mungkin mengetahui sesuatu tentang hilangnya partitur itu. Selain Lila, hadir pula Dr. Margot Wainwright, kepala akademi yang tegas namun penuh wibawa; Felix Bennett, penjaga malam yang sering terlihat mengantuk; dan Adrian Moreau, seorang pianis muda yang juga dikenal sebagai rival Lila.

Ezra membuka percakapan. “Partitur ‘Elegia Senja’ hilang dari brankas ruang arsip. Karena ini adalah ruangan dengan akses terbatas, saya ingin tahu apakah ada di antara kalian yang melihat sesuatu yang mencurigakan dalam beberapa hari terakhir.”

Dr. Margot berbicara pertama. “Saya terakhir kali melihat partitur itu tiga hari lalu saat mengadakan tur kecil untuk beberapa donatur. Setelah itu, saya menyerahkan tanggung jawabnya kepada Lila.”

Felix menggaruk kepalanya. “Saya tidak melihat apa-apa, Profesor. Tapi malam tadi saya mendengar suara aneh dari arah lantai tiga, seperti langkah kaki. Saya pikir itu angin, jadi saya tidak memeriksanya lebih jauh.”

Adrian tersenyum tipis. “Mungkin Lila terlalu ceroboh. Saya dengar dia sangat gugup belakangan ini karena konser mendatang.”

Lila menatap Adrian tajam. “Saya tidak akan pernah ceroboh dengan sesuatu yang sepenting itu!”

Ezra mengamati setiap reaksi dengan saksama. “Apakah ada yang memiliki alasan khusus untuk menginginkan partitur itu?” tanyanya, mencoba memancing.

Tidak ada yang menjawab, tetapi tatapan Adrian tampak menyimpan sesuatu yang tidak diucapkan.

Petunjuk di Tengah Malam

Malam itu, Ezra memutuskan untuk berjaga di ruang arsip. Ia membawa buku catatan kecil untuk mencatat setiap kejadian yang mencurigakan. Suasana di akademi sangat sunyi, hanya terdengar detak jam yang monoton.

Pada pukul tengah malam, Ezra mendengar suara langkah kaki dari lorong. Ia mematikan lampu senter dan bersembunyi di balik rak buku. Seorang pria masuk ke ruang arsip — itu adalah Felix Bennett, penjaga malam.

Felix terlihat gelisah. Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya — sebuah kunci kecil — dan mencoba membuka laci meja di sudut ruangan. Namun, sebelum ia berhasil, Ezra menyalakan lampu senter dan menghadangnya.

“Apa yang Anda lakukan di sini, Felix?” tanya Ezra dengan suara rendah namun tegas.

Felix terkejut, tetapi segera mencoba membela diri. “Saya… saya hanya ingin memeriksa sesuatu, Profesor. Saya pikir ada yang aneh dengan meja ini.”

Ezra mengamati ekspresi Felix dengan tajam. “Apakah Anda tahu sesuatu tentang hilangnya partitur itu?”

Felix menggeleng dengan cepat. “Tidak, saya bersumpah! Saya hanya… merasa ada yang tidak beres malam ini.”

Ezra tidak yakin apakah Felix mengatakan yang sebenarnya, tetapi ia memutuskan untuk tidak memaksanya. Setelah Felix pergi, Ezra memeriksa laci yang ingin dibuka oleh Felix. Ia menemukan secarik kertas kecil yang tertinggal di sana, bertuliskan: “Melodi terakhir hanya dimainkan di tempat kelahirannya.”

Misteri yang Semakin Dalam

Ezra menunjukkan kertas itu kepada Lila keesokan paginya. “Apakah ini berarti sesuatu bagimu?”

Lila membaca tulisan itu dengan dahi berkerut. “Tempat kelahirannya? Jika itu merujuk pada Maestro Alderidge, maka dia lahir di desa kecil bernama Glenshire.”

Ezra mengangguk. “Mungkin kita harus memulai pencarian ke sana. Ada kemungkinan partitur itu telah dipindahkan ke tempat yang memiliki makna khusus bagi Alderidge.”

Namun, sebelum mereka bisa membuat rencana, sebuah amplop tiba di meja Ezra. Tidak ada alamat pengirim, hanya sebuah catatan pendek:

**"Hati-hati dengan apa yang Anda cari. Tidak semua melodi membawa harmoni." **

Ezra merasa bulu kuduknya meremang. Misteri ini baru saja mulai terungkap, dan ia yakin bahwa jawabannya jauh lebih gelap daripada yang ia bayangkan.


(Masih banyak yang belum terungkap: Siapa yang mencuri partitur? Mengapa? Apa rahasia gelap di balik "Elegia Senja"? Nantikan kelanjutannya di Episode 2.)

Manusia biasa yang suka membaca, menulis dan berbagi

Posting Komentar